Syahdan. Terdengar suara langkah terburu-buru Sang Telik Sandi. Menghadap Sang Raja Astinapura.
“Tuanku, hamba hendak mengabarkan. Adipati Negeri Astinapura sedang gundah. Meluapkan kekesalannya dikerumuman pasar”, Kabar sang telik sandi.
“Ada apa gerangan, wahai sang telik sandi ?”, tanya sang Raja astinapura. Wajahnya menunjukkan keheranan.
“Daulat, tuanku. Sang Adipati tidak terima dianggap tidak benar mengelola negeri didalam kerajaan Astinapura”, jawab sang telik sandi.
“Mengenai apa, wahai sang telik sandi ?”, lagi-lagi sang Raja menunjukkan keheranannya.
“Tuanku, titahku yang mengabarkan sang adipati yang tidak bisa menaklukkan dedemit membuat dia kemudian meradang. Berteriak ditengah pasar. Demikian, tuanku”, jawab sang telik sandi.
“Hmm.. Sungguh tidak pantas seorang adipati mengumbarkan amarahnya ditengah kerumuman pasar.
Sungguh tidak pantas”, kata sang Raja Astinapura. Wajahnya kemudian menunjukkan kekesalan.
Semua terdiam. Hening di balairung Istana.
“Sampaikan titahku. Seorang adipati harus tetap menunjukkan wibawa dan kehormatan ditengah rakyat.
Saat ini Rakyat Sedang bimbang menghadapi serangan dedemit. Seorang adipati harus menunjukkan hormat kepada perilaku yang pantas ditengah Rakyat”, kata sang Raja.
“Baiklah, tuanku. Titah hamba akan sampaikan kepada sang adipati”, kata sang telik sandi. Segera meninggalkan balairung Istana Astinapura.