04 Agustus 2018

opini musri nauli : NARASI KEBANGSAAN (3) - NEGARA




NARASI KEBANGSAAN (3)
NEGARA

Teori tentang negara sebagai “kontrak masyarakat”, atau “teori kontrak negara’ merupakan teori tentang “negara” yang terkenal. Penganut teori ini adalah Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, dan Montesquieu. Penduduk atau masyarakat kemudian berikrar mendirikan sebagai negara (state).

Dalam ikrar “proklamasi” kata-kata seperti  Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia” merupakan “kontrak/consensus” dari seluruh bangsa Indonesia sebagai bangsa (nation). Kalimat yang termaktub kemudian didalam mukadiman (Pembukaan) UUD 1945 “Atas berkat Rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesai menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

opini musri nauli : Pembagian Ruang


Sebagai masyarakat Melayu Jambi yang mengenal kewilayahan berdasarkan tembo dengan pembagian ruang seperti “pantang larang (daerah yang tidak boleh dibuka atau diganggu)”, maka kemudian dikenal daerah untuk pertanian (cencang latih[1]  atau peumoan[2]), untuk perkebunan (jambu keloko[3], petanang[4]) dan untuk pemukiman (plabo umah atau sepenegak rumah).  

Pengaturan tentang “jambu keloko atau petanang” dikategorikan sebagai “
belukar lasah’. Plabo umah atau “sepenegak rumah” juga dikenal sebagai “Tanah dusun” sesuai dengna seloko sesak padang dirancah, sesak koto diumba

03 Agustus 2018

opini musri nauli : NARASI KEBANGSAAN (2) - PROKLAMASI



NARASI KEBANGSAAN (2)
PROKLAMASI

Sebagai sebuah bangsa (nation), Indonesia kemudian mendeklarasikan sebagai Negara (state) tanggal 17 Agustus 1945. Kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia” adalah Kata-kata mantra yang mampu menggetarkan jiwa dan menyatakan sebagai bangsa yang merdeka. Perjalanan panjang sebagai sebuah bangsa setelah mengalami penjajahan panjang. Baik Belanda maupun Jepang[1].

Dengan sebuah ikrar yang kemudian dikenal dengan makna sakti “Proklamasi[2].

opini musri nauli : Cukai



Cukai dikenal ditengah masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesai “cukai diartikan sebagai pajak atau bea yang dikenakan pada barang impor dan barang konsumsi. Atau “sebagian dari hasil tanah seperti sawah, ladang yang wajid disetorkan kepada tuan atau pemilik tanah sebagai ongkos tanah”.

02 Agustus 2018

opini musri nauli : NARASI KEBANGSAAN - NEGARA HUKUM



NARASI KEBANGSAAN
NEGARA HUKUM

Negara Indonesia adalah negara hukum[1]. Sebagai negara hukum (rechtsstaat) maka bukan negara berdasarkan kekuasaan (machtstaat). Makna “rechtsstaat” kemudian bersandarkan kepada sistem Eropa kontintental.

01 Agustus 2018

opini musri nauli : KEKELIRUAN TAFSIR ENVIROMENTAL DEFENDER



Didalam memahami UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup (UU PPLH), roh dan pondasi penting kemudian dilihat dari “Daya dukung[1] dan “daya tampung[2]. Roh “daya dukung” dan “daya tampung” haruslah menjadi nilai-nilai yang memberikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dari “kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun” dan “mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya”[3].

31 Juli 2018

opini musri nauli : PESONA POLITIK INDONESIA



Akhir-akhir ini gonjang-ganjing politik kontemporer mulai menarik perhatian public. Pertemuan pimpinan 6 partai pendukung Jokowi di Istana kemudian disambut dengan pertemuan SBY – Prabowo di Kuningan. Politik kemudian mengarah kepada bakal calon Presiden yang mengerucut kepada Jokowi dan Prabowo. Jokowi kemudian menjadi sorotan. Namun SBY yang menjadi bintang. Bintang yang menguasai panggung dan menggunakan medium sebagai “centrum’ untuk mengendalikan issu.

opini musri nauli : MEMAHAMI DIKSI SETAN


           
Akhir-akhir ini, kita dipaksa menerima pemberitaan tentang politik yang menggunakan kata “Setan’. Entah apa yang dimaksudkan dengan kata “setan’. Namun kata itu ditujukan diluar kelompok yang dimaksudkan.


Kata “Setan” dimulai dari “laskar” yang bertujuan untuk menghancurkan “setan”, maka kata “setan” kemudian mengemuka.

Kata Setan menjadi “Demarkansi” yang memisahkan antara satu kelompok dengan kelompok lain. Menjadi pembatas dan pembeda. Garis yang kemudian menjadi “medan tarung” sebagai perjuangan politik.

30 Juli 2018

opini musri nauli : PANTANG LARANG (3)



Selain mengatur pantang larang terhadap daerah-daerah yang tidak boleh dibuka seperti “Teluk sakti. Rantau Betuah, Gunung Bedewo”, “rimbo sunyi”, “hutan keramat, “hutan Puyang”, “Hutan betuah”, “Hutan hantu pirau” dan pantang larang terhadap hewan dan tumbuhan tertentu, pantang larang terhadap perilaku terhadap alam juga dikenal.

‘Tidak dibenarkan menyebut nama “harimau”. Harimau adalah salah satu hewan yang dihormati dan disebutkan dengan penamaan “nenek” atau “datuk”.

29 Juli 2018

opini musri nauli : IDENTITAS POLITIK DALAM POLITIK DI INDONESIA



IDENTITAS POLITIK DALAM POLITIK DI INDONESIA[1]
Musri Nauli[2]

Ketika tema “penduduk asli”, “putra daerah”, “Pribumi” mulai menggejala dan memenuhi wacana public, secara sekilas saya kemudian menjadi resah. Apakah kita memang dilahirkan sebagai  “penduduk asli”, “putra daerah”, “pribumi” sehingga menjadi berbeda. Berbeda dimata hukum, politik dan budaya ?

28 Juli 2018

opini musri nauli : Homo Socius



Sebagai “homo socius (makhluk social)”, dalam satu tema maka dibutuhkan  dialog, perdebatan bahkan polemic. Tentu saja yang dibutuhkan bukanlah “mencari siapa pemenang”. Namun argumentasi yang dipaparkan sehingga pembahasan menjadi luas, komprehensif dan memperkaya gagasan.

27 Juli 2018

opini musri nauli : KURANG GIZI


Akhir-akhir ini, gonjang-ganjing politik di Jambi dihebohkan dengan pernyataan tentang kurang gizi di Jambi yang mencapai 30%. Bahkan angka nasional mencapai 40 %. Angka yang cukup mengerikan dan dapat meninggalkan generasi “kurang gizi”.

Sayapun kaget. Apakah angka 30% busung lapar di Jambi dan 40% di Indonesia sudah mengintai kita. Apakah angka itu begitu mengerikan sehingga kita lalai atau luput memperhatikannya.

opini musri nauli : PKB – PEMENANG PILPRES


Mengikuti kiprah PKB sebagai “wadah politik NU’ menarik perhatian public. Ditengah kader nahdiyin yang sudah tersebar di berbagai partai baik Partai Golkar, PDIP maupun Partai Persatuan Pembangunan (PPP), kehadiran PKB menjadi “oase” kaum nahdiyin yang sering “ditinggalkan” oleh pemenang pemilu. Entah zaman Soekarno maupun zaman Soeharto.

26 Juli 2018

opini musri nauli : TEROR AHOK




TEROR AHOK

Entah mengapa Ahok begitu meneror, menakuti, menghantui wajah Jakarta. Ahok yang telah dipenjara, yang tidak lagi bisa bersuara namun mampu membuat namanya terus dibicarakan, dihina, dibully bahkan dibanding-bandingkan dengannya. Sebuah aburd ditengah ketidakmampuan untuk berbicara.

opini musri nauli : SBY – SANG DIRIJEN


Tinggal menghitung hari, koalisi Partai mengumumkan Calon Presiden dan Wakil Presiden untuk mendaftarkan ke KPU. Namun tersenyumannya Partai-partai pendukung Jokowi, maka suara yang didapatkan melebihi untuk mendaftar.

PDIP (18.95%), Partai Golkar (144,75), PKB (9,04 persen), Partai Nasdem (6,72 persen), PPP (6,53 persen) dan Partai Hanura  (5,26 persen) meraih suara melebihi sepertiga untuk mendaftar (61,25 %). Dengan demikian maka menyisakan suara 38,75 %. Atau dengan meninggalkan satu calon lagi untuk mendaftar diluar koalisi Jokowi.

opini musri nauli : Marga Mestong


Marga Mestong terdiri dari Lubuk Kuari, Pematang Jering, Muara Pijoan, Dusun Sarang Burung, Dusun Sembubuk, Dusun Senaung, Dusun Penyengat Olak, Dusun Rengas Bandung, Dusun Mendalo, Dusun Bertam, Dusun, Pondok Meja, Dusun Penyengat Rendah, Dusun Kenali Besar. Berpusat di Dusun Sungai Duren.

25 Juli 2018

opini musri nauli : PUZZLE



Menghubungkan antara satu Marga dengan Marga yang lain, antara satu Marga dengan Batin memerlukan penyusuran di tiap-tiap Marga/batin. Setiap pemangku adat, Entah Depati, Rio, Ngebi, Datuk, Penghulu, Tumenggung menguasai kewilayahan, sejarah, Dusun asal, model pengelolaan, cara menyelesaikan masalah (Jenjang adat) dan sanksi.

opini musri nauli : Bahasa Melayu Jambi (2)





Akhir-akhir ini diksi dan pengetahuan tentang bahasa mulai memudar. Terjebak dengan arti tanpa memahami makna. Entah kedangkalan ataupun kurangnya literasi memahami Bahasa Indonesia.

24 Juli 2018

opini musri nauli : PBB – Sang Pengantar Pemenang


Kiprah Partai Bulan Bintang yang tidak dapat dipisahkan dari kebesaran Partai Masyumi tidak dapat dilepaskan dari sosok Yusril Ihza Mahendra. Anak “ideology” M. Natsir bersama dengan Amien Rais. M. Natsir adalah tokoh Partai Masyumi yang disegani.

opini musri nauli : PARTAI DEMOKRAT – Sang Dirijen Mengatur Lagu

Sebagai pendatang baru, Partai Demokrat yang lahir 9 September 2001 kemudian mampu meraih suara Pemilu 2004 sebesar  7,45%. Dengan bekal 7,45%, Partai Demokrat didukung Partai Bulan Bintang, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Koalisi kerempeng yang merupakan gabungan tiga partai kecil ini hanya menghasilkan 11 persen dukungan suara. Hasilnya setelah putaran kedua SBY-JK menang telak dengan selisih cukup jauh yakni: 69.266.350 (60,62%) melawan 44.990.704 (39,38%).



Kememangan SBY-JK mampu melibas kandidat Calon Presiden Konvensi Partai Golkar dan mengalahkan incumbent Megawati Soekarnoputri.

23 Juli 2018

opini musri nauli : DURIAN (2)



Entah bagaimana perasaan saya ketika melihat posting media cetak yang memperlihatkan hasil razia durian yang hendak dibakar. Darah saya mendidih. Pikiran berkecamuk. Entah apa kalimat yang pantas untuk melihat gambarnya.

Durian adalah symbol kemakmuran. Seloko Jambi dengan jelas mengabarkan “Padi menjadi. Rumput Hijau. Kerbau gepok. Ke aek cemeti keno. Ke darat durian gugu’”. Seloko ini mirip dengan istilah Jawa “Gemah ripah. Loh Jinawi. Negeri tentram kerto raharjo”

opini musri nauli : HUKUM LINGKUNGAN DALAM PRAKTEK PERADILAN


“Nauli, tanggal 23, ada di Jambi ?”, ujar Ibu Prof. Elita Rahmi diujung Telephone.

Ada bu. Belum ada jadwal keluar kota”, ujar saya sembari menutup buku.

Ok. Nanti ada undangan. Ikut pertemuan Seminar Nasional Hukum Lingkungan”, Lanjut bu elita.

Siap, bu ?” kata saya.

22 Juli 2018

opini musri nauli : PARTAI GERINDRA – Pemimpin Oposisi



Dari hasil berbagai survey, Prabowo masih diunggulkan menjadi “penantang” serius di Pilpres 2019. Sebagai penantang serius, Prabowo berhasil menyingkirkan Gatot Nuryanto, Anies Baswedan, Tuan Guru Bajang (Gubernur NTB) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).


Sebagai penantang serius Pileg 2019, Prabowo “kenyang” mengikuti Pilpres. Mengikuti konvensi Partai Golkar  tahun 2004, Wakil Presiden 2009 mendampingi Megawati Soekarnoputri (PDIP) dan candidate Presiden 2014. Dengan sederet proses panjang mengikuti pilpres berhasil menancap kuat di pulbik. Sehingga dapat dimengerti Prabowo jauh meninggalkan candidate lain.

opini musri nauli : BERBOHONG DAN MENCURI



Lengkaplah sudah rangkaian korupsi di Indonesia. Dari Surya Dharma Ali (Menteri Agama), Ketua Partai Keadilan Sejahtera (Lutfhi Hasan Ishaq) dan terakhir Irwandi Yusuf (Gubernur dari Aceh). Daerah yang menganut Qonum dan meletakkan Hukum Islam sebagai ajaran sehari-hari.

Membaca tertangkapnya Gubernur Aceh adalah konfirmasi dari kegelisahan adanya “Dugaan” permainan kongkalikong dari dana Otonomi khusus untuk Aceh.

opini musri nauli : Marga Pemayung Ilir




Kata Pemayung berasal “payung” Raja yang dikenal sebagai Pangeran Prabo. “Pemayung” adalah Pemayung rajo. Pusat Marga Pemayung Ilir di Dusun Lubuk Ruso. Lubuk Ruso adalah tempat “guru sembah”[1].

Istilah Pemayung juga dikenal di Marga Pemayung Ulu, Desa Pemayungan Marga Sumay[2] dan Marga Renah Pembarap[3].

21 Juli 2018

opini musri nauli : PDIP – Sang Oposisi

Sebagai Ketua Umum Partai yang mengalami ketidakadilan di masa Soeharto, Megawati Soekarno Putri telah ditempa matang untuk memimpin PDIP. Partai yang “diobrak-abrik” Soeharto dalam penyerbuan kantor PDI tahun 1996 (dikenal Kudatuli/Kerusuhan 27 Juli 1996).


Memimpin partai ditengah himpitan orde baru namun kemudian menjadi kampiun Pemilu 1999 namun kalah dalam pemilihan Presiden di MPR. Membuat Megawati memimpin partai sebagai partai oposisi 2004 dan 2009. Sebuah konsisten panjang yang berhasil menjadi pemenang 2014 sekaligus mengantarkan Jokowi menjadi Presiden.

opini musri nauli : PARTAI GOLKAR DIPERSIMPANGAN JALAN


Ketika Munas Partai Golkar mendukung Jokowi untuk Pilpres maka public berharap Partai Golkar setia untuk duduk di pemerintahan. Partai Golkar diharapkan menjadi bagian dari proses perencanaan pembangunan yang dicanangkan Jokowi.

20 Juli 2018

opini musri nauli : MATEMATIKA DI PILPRES 2019


Terlepas dari manuver beberapa partai menjajaki candidate Pilpres 2019, secara resmi Partai yang sudah mendeklarasikan mendukung candidate tertentu sudah disampaikan ke Publik. PDIP – Partai Nasdem – PPP – Partai Golkar mendukung Jokowi. Partai Gerindra mendukung Prabowo.

19 Juli 2018

opini musri nauli : Aur


Bak “aur dengan tebing” kata temanku sembari posting di FB bersama dengan istrinya. Akupun tersenyum melihat postingnya.

Di tengah masyarakat Melayu Jambi dikenal “Bak aur dengan tebing, tebing sayang ke aur, aur sayang dek tebing, tebing runtuh aur tebawo. Tidak terpisahkan antara tebing dengan aur.

18 Juli 2018

opini musri nauli : Tanah pemberian


Sebagai masyarakat Melayu, Masyarakat Melayu Jambi terbuka terhadap kedatangan penduduk dari luar dusun. Pengaruh Minangkabau dapat dilihat di Marga Sungai Tenang, Marga Pangkalan Jambu, Marga Air hitam, Marga Pelawan, Marga Batin Pengambang, Marga Bukit Bulan, Marga Datuk nan Tigo, Marga VII Koto, Marga IX Koto, Marga Jujuhan, Marga Sumay, Marga Serampas. Seloko seperti  Jika mengadap ia ke hilir, jadilah beraja ke Jambi. Jika menghadap hulu maka Beraja ke Pagaruyung atau Tegak Tajur, Ilir ke Jambi. Lipat Pandan Ke Minangkabau[1] membuktikan hubungan kekerabatan yang kuat antara masyarakat di hulu Sungai Batanghari dengan Pagaruyung.

opini musri nauli : Marga Jebus



Marga Jebus terdiri dari Dusun Jebus, Dusun Rukam, Dusun Gedung Terbakar, Dusun Londrang, Dusun Suak Kandis dan Dusun Sungai Aur. Pusat Marga di Suak Kandis. Dusun Suak Kandis kemudian dipimpin Pesirah.

opini musri nauli : Sepenasib - Sepenanggungan



Kebersamaan, kesetiaan, senasib sepenanggungan merupakan cermin masyarakat Melayu Jambi. Ikrar kesetiaan yang dikenal sebagai “sumpah setio” ditandai dengan Seloko “Ke langit sama dikadah. Ke bumi sama dikutungkan. Darah samo dikacau, daging samo dikimpal[1]”. Atau juga sering disebut ”ada samo dimakan. Dak ado samo ditelan”.

17 Juli 2018

opini musri nauli : NAMA DIKANTONG JOKOWI DAN PRABOWO



Terlepas dari Anies Baswedan atau Gatot Nurmantyo yang sudah mendeklarasikan sebagai Bacapres (bakal Calon Presiden), Nama Jokowi dan Prabowo masih diunggulkan berbagai lembaga survey sebagai kandidat kuat Calon Presiden. Dengan memperhitungkan “head to head” Pilpres 2019  maka mata public kemudian dikonsentrasikan kepada “pendamping” Presiden (baca Wakil Presiden).

Menyimak nama-nama yang beredar maka menarik untuk kita pilah untuk melihat berbagai scenario kemungkinan. Bukankah politik adalah “seni” kemungkinan.

15 Juli 2018

opini musri nauli : Alam Pikiran Masyarakat Melayu Jambi



Setiap peradaban tidak dapat dipisahkan alam pikiran dengan alam semesta. Sistem budaya masa prasejarah adalah sistem budaya mistis yang berkaitan erat dengan sistem kepercayaan mistis.

14 Juli 2018

opini musri nauli : Bahasa Melayu Masyarakat Jambi





Berdasarkan bentuknya, adjektiva Bahasa  Melayu Jambi terbagi atas bentuk asal dan bentuk turunan[1]. Bahasa Melayu Jambi kemudian dikenal sebagai Bahasa Melayu Jambi, Bahasa Batin, Bahasa Penghulu, Bahasa Kubu, Bahasa Bajau, Bahasa Kerinci[2].

13 Juli 2018

opini musri nauli : Marga Berbak


Marga Berbak berbatasan langsung dengan laut Tiongkok Selatan. Laut Tiongkok Selatan biasa dikenal Pantai Timur Sumatera. Marga Dendang/Sabak dan Marga Jebus. Dengan Marga Dendang/Sabak dikenal sebagai Simpang. Begitu juga dengan Marga Jebus[1]. Simpang yang dimaksudkan adalah persimpangan Sungai Batanghari yang mengilir ke Timur Jambi dan membelah. Aliran Sungai Batanghari satu menuju langsung ke Muara di Pulau Berhala. Sedangkan satunya berbelok kiri menuju Muara Sabak dan menuju lautan Pantai Timur Sumatera. Sedangkan Marga Jebus menyebutkan batas dengan Marga Berbak adalah “Perbuseno”[2]. Marga Dendang/Sabak menyebutkan batas dengan Marga Berbak dengan tandai “Rambai Belubang dan pangkal bulian[3].